Menurut sebuah penelitian bahwa orang yang pesimis akan lebih baik jika menghadapi pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi. Tetapi, orang optimis lebih baik dihampir segala hal. Orang optimis juga lebih berhasil dalam kehidupannya; baik dalam karir dan keluarga. Secara umum orang optimis lebih berbahagia.
Orang yang optimis tidak akan mudah menyerah. Mereka yakin bahwa hal-hal buruk hanya bersifat sementara, sedangkan hal-hal baik bersifat permanen. Mereka percaya bahwa mereka bisa berhasil sehingga memiliki tekad kuat untuk melakukan segala sesuatu. Mereka bersungguh-sungguh. Itulah kenapa orang optimis memiliki peluang sukses lebih besar.
Mengajarkan optimisme pada anak-anak akan menjadi perjuangan hebat jika orang tua termasuk orang yang pesimis. Sebaliknya, jika orang tua memiliki sikap optimis, maka dengan sendirinya telah mengajarkan hal-hal yang penuh optimis. Namun demikian, ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan untuk membantu anak-anak untuk memiliki sikap optimis.
Memuji
Pujilah anak dengan pujian yang spesifik. Misalnya, “Kamu hebat bisa berlari sejauh itu”, daripada sekedar mengatakan, “hebat kamu!”
Jangan cela anak jika melakukan kesalahan apalagi memberikan hukuman. Doronglah anak untuk berbuat lebih baik. Pastikan anak tahu bahwa Anda tidak keberatan sedikit pun jika dia melakukan kesalahan sehingga dia tidak takut mencoba lagi ketika gagal.
Alangkah baiknya jika memberinya hadiah atas kemauannya mengulang lagi usaha yang sebelumnya gagal. Berani untuk berusaha lagi setelah gagal merupakan esensi dasar optimisme.
Jangan mencela keinginannya
Fokuslah pada prestasi anak bukan pada kegagalannya. Kadang ada orangtua yang meskipun anaknya berhasil menduduki peringkat atas di kelas tapi masih saja mengkritik anak belum cukup baik karena ada nilai kurang di rapornya. Ingatlah, bahwa anak Anda tidak bisa dituntut sempurna terus menerus. Fokus pada kegagalan atau kekurangan bisa membuat anak pesimis dan tidak percaya diri.
Ajarkan kepada anak-anak bahwa hal-hal buruk bersifat sementara sementara itu hal-hal baik bersifat permanen. Misalnya nilai matematika jelek, maka ajarkan pada anak untuk melakukan kesimpulan bahwa di pelajaran matematika nilainya memang jelek karena kurang berusaha atau hal lainnya, daripada mengatakan “bodoh.”
[sumber]
0 Response to "Cara Membuat Anak Memiliki Sikap Optimis"